Kata Bang Iwan Fals “Wakil Rakyat Kumpulan Orang
Hebat”. Sudah terbukti dan terpampang nyata dalam pentas teater sidang
Paripurna. Azwar yang sedang sibuk memikirkan Ujian Nasional ditambah pusing dengan
dimintai pendapat tentang “Adu Dorong Paripurna Nasib DPD”. Salah satu temannya
berpendapat “Wah ini benar-benar memalukan panggung politik negeri kita, masak
manusia berpendidikan sekelas Doktor kok ndak bisa santun beragumen”. Teman
yang tadi berpendapat menyeggol Azwar. “Piye iki terusan”. Azwar menjawab
dengan bijak. Kadang-kadang Dia bijak kalau sedang fokus pada sesuatu. “Mereka
kan juga manusia , punya batas kesabaran dan ambang nalar”. Teman yang lain
protes “Yooo ndak bisa gitu tho mereka itu dibayar rakyat untuk membuat
kebijakan bukan buat keributan, omong kosong dengan kesabaran”. Azwar masih
meneruskan membaca buku persiapan UN Bahasa Inggrisnya.
“Kalian ini sedang Ujian Nasional kok malah bahas yang
seharusnya tidak perlu dibahas” Azwar nyeletuk. Semua teman-teman Azwar
nampaknya tidak akan berhenti berdebat sampai menjelang maghrib. Mereka harus
mendapat argument yang kuat sehingga mereka mau membubarkan diri dengan senang
hati. Yang dipermasalahkan disini bukanlah hasil rapat atau kebijakannya.
Teman-teman Azwar sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Yang dipermasalahkan
mereka adalah adu dorongnya. “Mungkin mereka belum pernah mengenyam pendidikan
karakter” salah satu teman Azwar nyeplos. “Hust ngomong opo kue, mereka itu
putra-putri terbaik daerahnya sebagai wakil di pemerintahan kok, ya pasti
manusia-manusia terdidik” teman yang lain menyanggah. Dan perdebatan masih
terus berlangsung.
Telinga Azwar mulai panas mendengar keributan yang
mengganggu belajarnya. Tiba-tiba Azwar angkat bicara “Sejatinya panggung
politik itu kelasnya sama dengan panggung teater, yaa mungkin dulunya mereka
ikut UKM Teater jadi aktingnya bisa memukau. Biarkan mereka bersandiwara,
penonton boleh mencaci maki, berkomentar, bahkan menimpuknya. Namun ingatlah
itu tidak akan mengubah alur ceritanya. Panggung politik tidak diperuntukan
kepada orang jujur. Karena orang jujur di panggung politik tak ubahnya hanya
sebagai pemain figuran. Jadi aku yang orang teater ini seharusnya berbangga.
Selangkah lagi aku akan diangkat menjadi anggota dewan karena kelincahanku
dalam berakting alias menipu”. Beberapa menit lengang. Semua peserta debat
akhirnya meninggalkan tempat. Dan ternyata Azwar lupa kalau besok ujiannya
adalah matematika bukan Bahasa Inggris. Ohh sialnya nasib Azwar.
Azwar, 17 Tahun
Calon Petinggi
0 komentar:
Post a Comment