Tuesday, March 28, 2017

Bapak Bicaralah


Menurut hadis nabi orang yang harus pertama kali kita hormati adalah Ibu, Ibu, Ibu selanjutnya baru Bapak. Tapi dalam hal mendidik anak-anaknya peran keduanya haruslah seimbang. Seorang Ibu yang pengasih dan seorang Bapak yang bijaksana akan menghasilkan anak-anak berkarakter dan mempunyai perangai baik. Aku sekarang duduk di kelas tiga di salah satu SMK di Kota Jepara. Dan sebentar lagi akan graduated. Insyallah.

Aku dua bersaudara. Kakak perempuanku sekarang sudah bekerja di salah satu proyek besar milik Jepang sebagai akuntan. Ibuku orang yang bertanggung jawab dengan segala urusan rumah dan Bapak adalah seorang PNS yang bertugas di Taman Kanak-Kanak sebagai Guru Pengajar. Umurku sekarang menginjak delapan belas dan Aku masih bisa menghitung berapa kali aku bercakap dengan Bapaku. Semenjak Aku duduk di kelas 3 SMP, Bapak mulai berubah cara mendidiknya. Yang dulunya selalu dimanja dan dinomorsatukan sekarang Bapak lebih bijaksana.

Aku masih ingat ketika dulu waktu masih duduk di sekolah dasar. Masa-masa itu Aku ingin mencoba banyak hal untuk menemukan jati diri. Pernah mengikuti Sekolah Sepak Bola juga Pencak Silat selama satu tahun dan selama itu pula Bapak selalu mengantar dan menemaniku. Bukannya Aku manja tapi Bapak yang memintanya. Karena beliau paham akan tanggung jawab perkembangan anaknya.  Pernah sekali aku mengecewakan beliau yang hingga saat ini aku masih mengingatnya dengan jelas.

Saat itu pagi hari, hujan lebat mengguyur kota. Bapaku siap mengantarkanku berangkat sekolah. Aku kelas 3 SMP. Perjalananku menuju sekolah aman-aman saja. Hingga tiba-tiba sebelum tikungan terakhir menuju sekolah, motor Bapak terperosok ke lubang jalan yang tertutup genangan air. Saat itu sudah pukul 07.00. Aku turun dari motor mulai berhitung dengan keadaan, kalau Aku bantu Bapak mengeluarkan motor dari kubangan akan memakan banyak waktu dan Aku telat masuk sekolah. Seragam osisku semakin basah kuyup. Saat itu Aku benar-benar mengambil keputusan yang bodoh. Tanpa bercakap dengan Bapak, Aku sudah berlari meninggalkan Bapak yang masih sibuk mengeluarkan motor dari kubangan. Aku mulai menembus hujan menuju gerbang sekolah dengan berasumsi Bapak pasti akan mengijinkanku tidak membantunya karena ditakutkan akan telat. Ternyata asumsiku salah besar. Saat Aku pulang ke rumah, Ibuku marah besar karena Aku meninggalkan Bapak sendirian berjuang mengeluarkan motor dari kubangan. Aku masih ingat sekali Ibuku mengucapkan kalimat ini. “Apakah gurumu pernah mengajari kamu meninggalkan orang tua yang kesusahan, lihat Bapakmu, sekarang demam tinggi karena kau. Hari ini kau buat kesalahan besar. Bukan karena kau meninggalkannya saat hujan, tapi kau lancang meninggalkan orang tua tanpa pamit”. Dan mulai dari kejadian itu, Bapak memilih diam dalam mendidiku. Diam dalam aritian bijaksana, membiakan Aku mencari duniaku sendiri.

Aku lulus SMP dan mencoba meneruskan ke salah satu SMA ternama. Nilaiku mencukupi untuk itu. Bapak tidak mengarahkanku juga tidak membebani.  Semuanya terserah padaku dan Bapak masih diam dalam kebijaksanaan. Tapi akhirnya Aku memilih masuk SMK karena setelah lulus Aku punya dua pilihan. Kuliah atau Kerja. Selama tiga tahun di SMK Aku mencoba menyibukan diri mengikuti banyak kegiatan agar waktuku bisa kuhabiskan di sekolah. Karena di rumah rasanya mulai sepi dicampur canggung kalau ada Bapak dan Aku dirumah. Tidak saling sapa apa lagi bercanda ria. Hari-hari aku lewati dengan intensitas percakapan yang minim sekali, bahkan dalam satu hari tidak bercakap sama sekali. Kalau Aku sedang duduk di teras membaca buku dan Bapak akan menikmati kopinya, Bapak memilih membatalkan niatnya menikmati kopi kalau tahu ada Aku di teras. Bapak ini sedang menghukumku atau sudah menyesal punya anak Aku. Sejak saat itu, Aku berpikir, mungkin Bapak memang sudah tidak peduli denganku.

Sebentar lagi Aku lulus dari SMK dan Aku ingin sekali meneruskan di Universitas Ternama. Mengejar semua cita-cita dan melihat dunia yang sebelumnya hanya Aku lihat di internet. Namun Ibuku mematahkan semangatku. “Bapakmu suruh kau pikir-pikir dulu untuk masuk kuliah. Karena Bapakmu sedang sulit dalam ekonomi nak”. Ibuku menjelaskan dengan Bahasa sebaik mungkin. Namun Aku tidak bisa menerimanya dengan baik. Bulshit dengan ekonomi. PNS itu dijamin negara mulai dari kesehatan sampai pendidikan anak-anaknya. Kenapa hanya membiayai kuiahku saja harus dipikir -dipikir. Aku benci dengan Bapaku saat itu. Mungkin Bapak memang sudah tidak peduli denganku apalagi pendidikanku. Aku kalah. Seharian Aku menangis dalam kamar. Bapak memang sama sekali tidak peduli denganku.

Aku semakin dewasa tapi intensitas komunikasiku dengan Bapak semakin hilang bahkan luntur dan bahkan lagi Bapak sudah tidak peduli denganku. Aku teringat nasihat bijak guru agama di sekolah yang mengatakan. “Ridho Allah tergantung ridho kedua orang tua, jadi berbaktilah semampu kalian kepada orang tua. Dan ingat ini baik-baik, semarah apapun orang tua kalian. Tidak akan pernah ada orang tua yang membenci darah dagingnya sendiri”. Namun saat ini nasihat itu bagai angin lalu.

Hingga tengah malam Aku belum juga memejamkan mata. Aku mulai berpikir tentag janji-janji masa depan yang segera sirna. Aku harus bertindak menyelamatkan masa depan. Malam itu Aku membuat catatan dan rencana untuk mendapatkan uang bagaimanapun caranya. Malam itu juga Aku bertekad kuliah dengan pendapatan sendiri. Dan malam itu juga hatiku tersayar-sayat.

Adalah tengah malam waktu sebagaian manusia beristirahat. Aku mendengar percakapan Bapak dan Ibu di tengah sunyinya malam. Semua proses membuat rencana masa depan Aku hentikan demi mendengar percakapan itu. “Pak, bagaimana dengan kuliah anak kita?”. Ucap Ibu. “Aku sudah memikirkannya. Dia pasti berpikir kalau PNS itu ada jaminan dan gajinya akan selalu utuh. Tapi Dia belum tahu kalau hidup ini tidak hanya masalah pendidikan. Ada masalah lain yang harus segera diselesaikan. Tapi  bagaimanapun juga Dia harus kuliah”. Jawab Bapak. Aku hanya diam. “nanti kalau memang tidak ada jalan keluarnya Ibu akan jual perhiasan pak”. Ibu berkata lirih. Bapak menghela nafas. “Andai dulu Bapak tidak terjebak dalam dunia hitam perjudian. Kita tidak akan terlilit hutang juga angsuran rumah yang memberatkan, dan hari ini kita tidak menyaksikan anak kita menangisi masa depannya. Tapi tenanglah Aku akan bertanggung jawab atas pendidikan anaku dengan meminjam uang di Bank dengan jaminan motor kita”. Bapak menyahuti Ibu. Mereka berdua terdiam. “Sudahlah Pak tidak usah diingat kejadian itu yang penting saat ini adalah masa depan anak kita”. “Anak kita sudah tidur setelah seharian menagis?”. Bapak bertanya. “Mungkin sudah Pak”. “Aku merasa bersalah mendidik anaku sekeras ini dengan cara mendiamkannya. Tapi ini demi kebaikannya, demi kedewasaannya. Semoga Dia kelak menjadi anak yang luar biasa”. “Amin”. Ibu menangis

Hatiku tersayat-sayat. Aku menangis sejadi-jadinya. Memeluk guling, menarik selimut sampai menutup kepala dan berusaha menahan suara yang keluar dari tangisku. Malam itu Aku menyesal pernah membenci Bapak.  Benar kata guru agamaku. “Tidak akan pernah ada orang tua yang membenci darah dagingnya sendiri”.  Aku sayang Bapak dengan semua masa lalunya. Beliau adalah teladan terhebat dalam mengarungi kehidupan. Aku tahu dari Ibu perjuangan Bapak menjadi guru mulai dari bayaran tujuh puluh ribu hingga sekarang yang sudah layak. Bapak rela membelikan Aku Laptop padahal Beliau sendiri lebih membutuhkannya. Aku menyaksikan hingga larut malam Bapak mengurus pekerjaan dengan penuh dedikasi. Dua puluh tahun lebih Bapak mengabdi menjadi Guru. Dan selama itu pula Bapak tidak pernah mengeluh. Aku ingin sekali menghadiahi Bapak di Ulang Tahunnya tahun ini dengan sebuah Laptop. Agar beliau lebih meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar. Tapi Bapak, mengertilah Aku juga rindu bercanda gurau dengan engkau seperti dulu. Aku memang beranjak dewasa tapi kasih sayangmu Aku butuhkan sepanjang masa. Bapak bicaralah. Aku Rindu


Azwar 17 Tahun.

0 komentar:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net