Setelah sekian lama meninggalkan dunia
tulis menulis karena beberapa hal yang sebenarnya tidak penting sama sekali
akhirnya Azwar si calon presiden Republik Indonesia kembali mencoba berkarya.
Cerita akan diawali oleh duka yang mendalam dan ending yang sangat mengesankan.
Minggu 30 November 2016. Dewan Kesenian
daerah Kab. Jepara menggelar Festival Teater Pelajar dengan tujuan membangunkan
dunia perteateran yang sedang mati suri. Setelah melewati proses yang melelahkan
akhirnya kami SMK N 3 Jepara mendapat predikat Keaktoran terbaik waktui itu,
walaupun nggak dapat juara. Dua hari setelah festival, aku masuk rumah sakit
dalam arti yang sesungguhnya, yaa, aku gagal mengatur jam istirahat karena
kegiatanku yang sangat ketat. Praktis seminggu terakhir aku hanya tergulai
lemah di ranjang pesakitan. Dihidangkan puluhan makan lezat nan menggoda yang
belum tentu aku bisa dapatkan saat sehat menjadi amat pahit ketika menyentuh lidah
yang terlihat putih pucat.
Benar kata kebanyakan orang yang entah dari
mana sumbernya “Miskinpun tak apa selagi tubuh ini masih sehat maka dunia ini
adalah hamba kita”. Memasuki 4 November pagi hari, semua media memberitakan
tentang demo aksi damai 4 November. Demo ini bertujuan untuk segera mengusut
penistaan agama yang dilakukan Pak Ahok. Mau tidak mau sepanjang hari itu aku
kenyang dengan pemberitaan aksi damai yang menjadi trending topic dunia. Masa
bodoh dengan demo itu.
Sore hari Bu Dokter yang menanganiku mengatakan
kalau tingkat keparahan penyakitku masih riskan kalau aku di rawat jalankan,
namun aku dan ibuku ngotot ingin pulang dan segera meniduri hotel bintang lima
dirumah. Dengan berjanji akan beristirahat total selama satu minggu maka Bu
Dokter akhirnya mengeluarkan surat rawat jalan. Ahhhh plong sudah dari semua
kehidupan rumah sakit yang sangat membosankan.
Study Tour yang akan diadakan nanti pada 7
November nampaknya aku hanya akan mendengar cerita indah dari teman-teman
karena aku terikat janji dengan Bu Dokter. Sehari sebelum keberangkatan tepatnya
hari minggu 6 Nov, aku mengikuti OSC Test (Online Scholarship Competition Test)
di Sekolah. Alasannya karena online jadi aku harus nggantung WIFI sekolah.
Ternyata disana banyak teman-teman sekelasku yang juga berminggu wifi ria di
Gazebo Corner sekolah, dan cerita indah akan segera dimulai.
Datang Abin yang membujukku dengan sedikit
memaksa untuk ikut Study Tour lalu diperkuat dengan Dimas menakuti-menakutiku
akan menyesal jika aku tidak ikut ditambah Indri yang katanya tidak akan ramai
kalau aku tidak jadi ikut. Memang aku lelaki penghibur apa. Fck you ndri. Janji
seminggu beristirahat total nampaknya sedikit lagi akan terlanggar. Study tour
tahun ini jurusanku study tour ke TVKU (UDINUS) dan Trans Studio Bandung. Ibuku
yang tanpa aku duga ternyata berucap “Kalau badanmu sudah sehat ya ikut aja
daripada nanti kamu nyesel lho”. Itu adalah ucapan terindah yang akan selalu
terkenang karena itu tiket menuju cerita selanjutnya.
Mentari pagi yang nampak malu-malu untuk
menunjukan betapa eloknya dirinya, Ibuku yang sibuk mempersiapkan kebutuhan Study
Tourku, dan aku yang masih terlelap dalam mimpi. Jangan Ditiru. Pukul 7
akhirnya aku terbangun karena teriakan pembangun semangat ibuku. Aku segera
bergegas untuk Mandi dan mempersiapkan obat-obatanku dari rumah sakit. Dengan
diantar bapaku aku mulai menulis cerita indah ini.
Sesampainya disekolah wajah gembira dan
mengejek menyambutku dengan
ucapan-ucapan penghinaan
“Ternyata bisa sakit juga”
“Nggak sekalian dikuburin”
“Dasar tukang acting”
“Pasti biar diperhatiin pacarmu
kan”
Setan kalian
semua. Nggak ada yang percaya kalau aku benar-benar tepar. Mereka taunya aku
seorang yang suka bercanda dan BERBOHONG. Memang itu sih kenyataannya. Oke kita
lanjutkan ceritanya. Biro berjanji pukul 9 pagi kami akan segera di
berangkatkan menuju Semarang namun hingga pukul 10 siang busnya tak kunjung
datang dan kekacauanpun terjadi.
“Dasar Biro tidak professional”
“Perasaanku sudah tidak enak
dari awal kalau lihat muka yang punya biro ini”
“Wahhhh bekalnya udah jamur ini”
“Kita naik angkot aja kalu gitu”
“Kenapa harus biro ini,
paling-paling praktik suap menyuap biar menang tender”
“Dari persentasinya saja tidak
meyakinkan”
“Awal saja sudah
mengecewakan apalagi nanti tengah sampai
akhir”
”Allahummasoli a’alaaa
muhammmaaaaaaddddd”
Hanya ucapan
terakhir yang mengandung pahala. Setengah sebelas akhirnya busnya merapat.
Dengan wajah yang kecewa dan mengutuk dalam hati aku dan teman-temanku berat
hati melangkah ke dalam bus.
Perjalanan dimulai dengan tujuan pertama
adalah TVKU (UDINUS) Semarang. Setengah tiga kami tiba disana. Itu sudah meleset
dari jadwal sebelumnya. Di TVKU kami disambut hangat oleh kak fitri sebagai Humas
TVKU. Kami daiajak berkeliling ke semua sudut kantor TVKU untuk melihat proses produksi pertelevisian, kami juga ikut
live salah satu talkshow mereka. Selanjutnya kami dibawa masuk ke salah satu
studio dan di beri ilmu yang sangat bermanfaat oleh Kak Fitri tentang bagaimana
harus berkarya yang baik tanpa melanggar norma-norma masyarakat. Salah satu
quotes yang bisa aku ambil dari Kak Fitri adalah “Buatlah orang lain mengcopy
karyamu dengan senang hati” dan “Selagi
muda jagan takut untuk berkarya selama mematuhi batas larangan”.
Perjalanan dilanjutkan ke Trans Studio
Bandung. Perjalanan istimewa akan semua orang yang haus akan liburan, yaaa,
itulah kami para pelajar yang telalu suntub di depan layar imajinasi. Mencoba
melihat sejenak karya hamba-hamba Tuhan yang selalu taat pada aturannya. Trans
Studio di gadang-gadang sebagai eropanya Indonesia. Yaa itulah kami yang ingin
merasakan hawa-hawa Eropa. Setidaknya kalau tidak bisa membeli daging sapi rasa
balado, maka bolehlah kita membeli bumbu balado untuk ditaburkan ke daging
ayam.
Sebelum merapat ke Trans Studio Bandung
rombongan menyempatkan Mandi besar. Ehh maksutnya Mandi air hangat di Ciater,
Subang. Semburan air memancar dari beberapa celah bebatuan disambut siraman
cahaya lembut sang mentari membuat mata ini jadi melek semelek-meleknya. Memang
banyak sekali sumber mata air hangat yang ada di Jawa Barat tapi ‘katanya’ di
ciater lah mata air yang paling bersahabat dengan kulit orang Jawa.
Hanya sebentar menikmati kehangatan Tuhan,
perjalanan dilanjutkan ke tujuan utama Trans Studio Bandung. Setelah
administrasi beres dan kupon makan di tangan. Piknik pun dimulai. Kesan pertama
ketika aku naik ke lantai 2 dan disambut dengan banyak videotron adalah masuk
ke Benua Eropa. Ya Eropanya Indonesia. Arsitektur yang luar biasa ketika di
lantai dua ada bangunan semegah ini. Berdecak kagum akan keilmuan para arsitek
dan developer proyek Trans Corp ini. Vertigo adalah permainan pertama yang
menyambut kami, tau sendirilah kalau vertigo ini adalah salah satu jenis
penyakit. Barang siapa yang menaiki permainan ini maka ia akan sejenak
merasakan penyakit Vertigo.
Pesan yang masih kupegang dari ibuku adalah
dilarang menaiki wahana pemacu adrenalin karena kondisiku yang belum pulih
betul. Yaaa, jadi aku hanya bisa merekam keseruan bermain teman-temanku, dan
itu membosankan. Jadi posisisku dalam cerita ini adala departemen dokumentasi.
Fck. Aku harus mengikuti kemananpun teman-temanku pergi dan harus bersedia
menjadi juru foto yang tak berpenghasilan. Cerita ini aku singkat.
Entah pukul berapa kami memasuki stage 15
yang menggelar pertunjukan it’s magic. Aku sangat kagum sekali akan pertunjukan
yang sangat istimewa dengan permainan tata cahaya, sound effect serta permainan
lighting yang menyejukan mata. Ya aku belajar banyak dalam seni pertunjukan.
Stage 16 adalah pertunjukan sirkus THE BOOK
OF THE WORLD yang dipentaskan oleh crew dari TSB sendiri. Seperti yang aku
pernah lihat di Televisi, bagaimana sirkus melakukan sesuatu kemustahilan yang
nyata, semua penonton membungkam mulutnya dan sesekali bertepuk tangan girang
akan sesuatu kemustahilan. Hari ini kita belajar dari sebuah pertunjukan sirkus
bahwa kemustahilan bisa ditaklukan dengan kerja keras, telaten serta doa maka
kemustahilan adalah sesuatu yang tak lagi semu.
Kehidupan manusia sejatinya untuk menghambakan
diri kepada Tuhannya, mengagumi karyanya melalui makhluk-makhluknya juga salah
satu jenis penghambaan kepada Tuhan. Hari itu aku belajar banyak hal tentang
makna kehidupan. Pukul 16.00 WIB janji akan kembali ke bus untuk segera
meneruskan perjalanan ke pusat oleh-oleh Cibaduyut, tapi terdengar sayup-sayup
bahwa pukul 16.00 nanti akan ada festival di TSB, yaaa mumpung di Bandung ya
kita selesaikan saja festival yang belum temtu satu tahun sekali kita lihat.
Kami bergegas menuju bus ditemani dengan gerimis hujan yang terus mengikuti
langkah lariku, sesampainya di bus aku mencari hpku di jaket, namun tidak ada
juga, kucari di bawah kursi juga tak ditemukan. Ohhh sial hpku terjatuh saat
aku berlari kehujanan. Dengan rasa berat hati aku meninggalkan Bandung tanpa
ada hp ditangan.
Beberapa hari setelah liburan yang
menyenangkan juga mengikhlaskan, Arif temanku memberiku kabar bahwa hpku telah
ditemukan dan siap dikirim ke Jepara. That’s Surprise. Ada aja orang yang masih
baik di jaman para pemimpin yang korup. Enam hari setelah kabar dari Arif
akhirnya hpku kembali kepelukan majikannya. Huft. Yaaa mungkin ini cerita tidak
penting sama sekali, dan mungkin pengalaman seperti ini sudah banyak dialami
banyak orang. Tapi satu hal yang yang mungkin juga belum disadari banyak orang
yaitu mengambil pelajaran kehidupan dari sebuah perjalanan.
https://youtu.be/YSNywSeDHD8