Ada kalanya
kita akan memilih pilihan dengan mantap dan ada juga waktunya akan ada banyak
pertimbangan sebelum memilih. Siang tadi di kantin sekolah setelah bel
berdering tanda akhir jam pelajaran, ada tiga alumni sedang njagong ditemani minuman dingin pelepas
dahaga. Mereka adalah Aufa, Wafi dan Obi. Alumni lulusan tahun 2016. Sebab
mereka datang kesekolah adalah untuk mengurusi raport yang harus dilegalisir untuk
keperluan perkuliahan. Aufa sekarang sedang meneruskan pendidikannya di
Universitas Negeri Islam Nahdlotul Ulama (UNISNU) Jepara mengambil Tekhnik
Sipil. Wafi sebagai satu-satunya alumni 2016 yang bisa menembus Universitas
Gajah Mada (UGM) Jogja yang mengambil Filsafat. Sedangkan yang terakhir Obi kini
menjadi mahasiwa di Universitas Malang dan menjadi accountant.
Tanpa menunngu lama aku yang sedari tadi
bersenda gurau dengan teman-teman absurd di pojok kantin mulai mendekat ke tiga
alumni ini. Ada pepatah lama mengatakan “Guru Terbaik Adalah Pengalaman”. Maka
aku dan teman-teman yang kepo akan dunia perkuliahan akhirnya ikut nimbrung di
sesi njagong alumni itu. Ketiga
alumni nampaknya tidak keberatan sama sekali akan kehadiran kami. Aku sudah cukup akrab dengan mereka karena
pernah tergabung dalam satu tim produksi bersama Aufa dan Wafi. Tingkat
keiingintahuanku akan dunia perkuliahan saat itu sedang manis-manisnya. Aku
mulai mengeluarkan sebuah pertanyaaan klasik dan mainstream.
Daftar pertanyaaan
yang membosankan antara kelas 12 dan alumni.
1.
“Bagaimana rasanya Kuliah ?”
2.
“Per semesternya berapa Juta”
3.
“Kuliahnya lewat jalur apa?”
4.
“Ada Beasiswa nggak?”
Pembicaraan kami mulai panjang, sampai
membahas tentang hal-hal yang dianggap tabu seperti free sex place di Jogja. Kata
Wafi dunia perkuliahan adalah dunia kebebasan dimana kita harus menemukan jati
diri dengan cepat dan pintar menyesuaikan keadaan. Obi yang sekarang kuliah di
Universitas Malang menambahkan, “Pandailah berkomunikasi karena ketika kamu
kuliah berarti kamu sedang ber akulturasi seluruh Indonesia”. Njagong dengan orang berpengalaman sama
saja kita memetik ilmu yang sudah matang. Mereka bertiga jika ditanya apa
cita-citanya pastilah akan diawab dengan mantap dan penuh percaya diri,
kalaupun cita-citanya tidak tercapai pasti ada step-step yang sudah disiapkan.
Tiba-tiba menceletuk kepadaku “Terus kamu
pengennya masuk universitas mana..?”. Itulah pertanyaan yang aku takuti ketika
menginjak kelas 12 SMK. Berbeda sekali ketika aku masih duduk di kelas 1
Sekolah Dasar, saat bapak ibu guru bertanya apa cita-cita kalian semua murid
pasti menjawab dokter,pilot dan polisi. Seolah-olah hanya ada tiga pekerjaan
itu dimuka bumi. Namun keadaan hari ini sudah sangat berbeda. Dokter, pilot dan
polisi benar-benar sudah hilang dari daftar cita-citaku. Aufa masih menunggu
jawabanku. “Aku mau kuliah di New York Univerity, USA di Cinematic Faculty”.
Aufa terhentak kaget disusul gelak tawa teman-teman yang lain. Belum sempat ada
yang berkomentar aku sudah ngomel lagi “Im serious, tidak ada dalam UUD 45 hasil
amandemen kalau orang yang punya cita-cita tinggi akan dipenjara dan dijatuhi
pasal berlapis”. Gelak tawa mengejek semakin menggemuruh siang itu.
“Are you serious will be college there?”.
Wafi adalah orang yang sedikit membelaku saat itu. Dia memberi nasihat yang
bisa membangkitkan orang yang dalam keadaan sangat depresi. Dengan
menepuk-nepuk punggung dia menyemangatiku untuk terus bermimpi dan mewujudkan
mimpi itu segera. Aufa yang nampaknya ragu akan cita-citaku akhirnya
berkomentar “If you fail for it, what will you do and where is University you
will be entering?”. Untuk pertanyaan kali ini aku sudah sangat siap. “Jika aku
nantinya gagal kuliah di New York. Jogja Film Academy adalah tujuanku
selanjutnya”. Siang itu menjadi lengang sejenak.
Semakin
kita tumbuh menjadi sesorang yang dewasa maka ujian kedewasaan tidak sama lagi
saat kita masih ingusan, kita akan diuji oleh Yang Maha Kuasa untuk memilih
pilihan yang sebenarnya itu bukan pilihan. Hari ini aku bertanya pada diriku
sendiri “Apa cita-citaku sebenarnya?”. Aku bingung menjawabnya sendiri. Karena
banyak hal yang akan mengganjal dalam proses menggapainya dan akan ada banyak
pilihan yang sebenar bukan pilihan melainkan keharusan. “Aku ingin jadi Film
Maker, Youtuber dan Writer” kalimat itu yang aku bisikan kedalam hati
terdalamku sebagai jawabannya.Azwar, 17 Tahun
0 komentar:
Post a Comment