Monday, September 12, 2016

Belajar Dari Berkurban


    Idul Adha 1437 akhirnya tiba. Takbir berkumandang di setiap sudut-sudut Masjid ataupun mushola. Umat islam di seluruh dunia bersorak sorai menyambut hari yang penuh berkah ini. Tahun ini aku tidak bisa ikut jadi panitia kurban di Masjid ku karena aku tidak ada waktu untuk mengikuti proses panitia. Pukul tujuh pagi sekembalinya dari sholat Ied, ada suara yang memanggil-manggil namaku dari luar rumah. Suara ini sangat tidak asing. Tebakaanku benar dia pasti Satriya.
    Satriya datang dengan kabar baik. Itu terlihat dari garis mukanya yang menunjukan kegembiraan. Benar saja, ternyata ia diminta papanya Rama untuk membantu di acara penyembelihan empat ekor kambing sebagai bentuk rasa syukur keluarganya Papanya Rama atau Pak Santosa. Pak Santosa terkenal dermawan di kampungku, beliau sangat tidak eman-eman uangnya kalau sudah berbicara masalah social.
    Setibanya aku di rumah Pak Santosa tenyata empat ekor kambing sudah tergeletak tak bernyawa. Dan sudah banyak orang-orang tua yang berkerumun. Aku telat. Kang Solih sebagai Algojo memintaku untuk membantu membersihkan bulu kambing yang kali ini agak bandel nempelnya. Sudah dicoba beberapa kali di siram dengan air panas namun bulu itu masih menempel kuat di kulit kambing. Jalan terakhir akhirnya di tempuh. Kang Solih menyuruhku membeli Gamping di daerah Bangsri. Gamping jika terkena air akan bereaksi menaikan suhu dengan sangat cepat dan itu cukup untuk merontokan bulu-bulu si kambing. Aku bergegas berangkat menuju ke Bangsri sambil di temani Satriya.
    Gamping yang aku bawa dari Bangsri ternyata memang benar-benar bermanfaat. Sekali di taburkan dan disiram air panas maka hancur sudah pertahanan bulu-bulu kambing. Cukup lima menit untuk satu ekor kambing. Proses akhirnya masuk ke pengeluaran isi perut dan pemilihan daging kambing. Proses ini dilakukan oleh orang-orang professional dalam bidangnya. Di lanjutkan proses pemotongan dan penimbangan daging untuk dibagi ke warga sekitar.




    Hari itu aku belajar dari orang-orang tua bahwa sesungguhnya berbagi akan meningkatkan hormone kebahagiaan. Orang tua disini terlihat sangat ikhlas dan tulus untuk saling bahu membahu mengolah empat ekor kambing untuk nantinya dibagikan ke warga sekitar. Aku nulis post ini tanpa riset apapun dan ini benar-benar pengalaman pribadi semata. Aku hanya ingin menyampaikan kepada kalian bahwa sesungguhnya hakikat berkurban adalah bersyukur bukan untuk ajang pamer dan menyombongkan diri.
    Aku sempat merasa malu karena terlalu banyak istirahat dalam memotong daging. karena orang tua disampingku belum istirahat sama sekali sejak aku ikut bergabung. Jadi aku paksakan diriku untuk kembali ke medan pertempuran untuk memutilasi kambing-kambing gemuk ini. Setelah beberap menit aku asyik memotong, punggungku nampaknya tidak bisa diajak kompromi. “Arrrrgggg nyeriii”. Kembali aku manjakan badanku sambil meminum kopi. Aku istirahat lagi.


     Ketika aku kembali ke medan pertempuran untuk memotong daging ternyata pisauku sudah tumpul dan gagal menembus daging kambing yang alot. Dan tiba-tiba orang tua disampingku berkata “Jadi remaja seperti kamu itu seharusnya bekerja keras dan mengerti bagaimana susahnya mencari uang, seperti pisau yang baru saja tumpul itu, pastilah kamu akan mengasahnya dulu sehingga bisa berguna dengan semestinya lagi. Sama halnya dengan kehidupan ini nak, sebelum kamu melangkah lebih jauh siapkan bekalmu siapkan ilmumu dulu dan setelah bekalmu siap maka hancurkan setiap halangan yang menjatuhkanmu untuk kesuksesanmu. Aku terhentak diam mematung.


Dua pembelajaran kehidupan hari itu aku telah dapatkan, pertama teruslah berbagi kebahagiaan ke orang lain dan yang kedua adalah siapkan bekalmu sebelum ke medan pertempuran karena itu memumudahkan jalanmu untuk gapai kesuksesan.

Azwar, 17 Tahun

0 komentar:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net