Setelah lulus SMK, aku dirumah benar-benar menganggur, tidak ada yang aku lakukan selain makan , tidur, bangun, Bab, dan tidur lagi. Tapi tak apalah jadi pengguran, yang penting kan nggak kriminal. Orang miskin kan udah dijamin negara dalam amanat UUD.
Hari ini 12
Juni 2017, semua anggota cabe-cabean dari kelas Multimedia angkatanku
mengadakan Buka Bersama dalam rangka menghabiskan uang kas kelas yang sengketa
juga sebagai ajang kangen-kangenan. Di sebuah rumah makan di perempatan jalan
pemuda Jepara, ada pemandangan mengenaskan namun sungguh eman-eman kalau tidak dinikmati. Ada pasangan muda mudi yang sedang
Bukber di samping rombonganku, keduanya asik memegang hp tanpa saling tegur
sapa, iki niat bukber tah hanya ingin
sekedar eksis di social media.
Pakaian si ceweknya sungguh menggoda untuk dinikmati, dengan atasan dan bawahan
sama ketatnya menimbulkan efek benjolan dan lekukan yang sungguh indah. Syahwat
ini ditantang dengan karya Tuhan.
Semua mata
laki-laki tertuju padanya, mataku mulai mendikte dari atas ke bawah dan
kadang-kadang harus berhenti ditengah-tengah dua gunungnya. Hadehhhh, pahala
puasaku sore itu ditukar dengan tontonan kelas bawah. Momentum Ramadhan yang
seharusnya lebih mendekatkan diri nampaknya belum bisa ditangkap dengan baik.
Si cewek mungkin berpikir “ih mata lelaki
kok jelalatan ya” padahal penyebab utamanya adalah dia sendiri. Dasar
cewek!!!!, dia yang mancing nafsu eh dia juga yang merasa terganggu dengan kenafsuan
laki-laki.
Setelah
bukber dengan penuh syahwat, kami meneruskan bersilaturahim ke rumah mami besar
Ibu Desy Purliyanti S.Kom. Di rumah beliau juga diadakan diskusi singkat
mengenai langkah apa yang harus kami ambil ditengah masyarakat yang hedonisme. Wejangan
pertama beliau berbunyi “Entah setelah
ini kamu kuliah atau bekerja, kunci utamanya adalah kejujuran”. Aku
langsung mengangkat tangan dan berseru
“Orang jujur tidak akan lama tinggal di Indonesia bu”. Bu Desy tersenyum ramah lalu meneruskan wejangannya
“Kamu benar itu, namun itu adalah prinsip
orang bodoh. Ada dua pilihan jika lingkungamu tidak mendukung. Pertama, kamu
dengan sekuat tenaga merubah lingkunganmu atau yang kedua adalah keluar dari
lingkunganmu. Kalau ilmumu belum cukup, jangan berani mengubah lingkungan,
karena akan sia-sia. Maka keluarlah dari lingkunganmu untuk mencari ilmu dan
pengalaman sebanyak-banyaknya lalu kembailah ke pilihan pertama, yaitu mengubah
lingkungan”. Dan aku hanya mangut-mangut dan ber-ohhh.
Azwar, 17
Tahun.
0 komentar:
Post a Comment