Tuesday, August 23, 2016

Meriahnya Lomba 17an ke71 Di Srobyong-Jepara


    Minggu pagi pukul 05.00 WIB alarm hpku sudah mulai membangunkanku dengan nada kerasnya, tanda kehidupan akhir pekan akan segera dimulai, bebas dari semua pelajaran yang membuat kepala pening, melupakan sejenak kumpulan rumus matematika oleh Bu Rini juga menaruh sebentar hapalan UUD 45 yang terus di tagih oleh Bu Citra. Aku percepat langkahku untuk mengambil air wudhu untuk segera mendirikan sholat subuh karena aku sudah ada janji dengan temanku Rama untuk jogging pagi keliling komplek. Setelah salam kedua aku langsung sambung dengan doa-doa diberi kesehatan, rejeki, Khusnul Khotimah, jodoh yang cantik sholeha dan semua doa dunia akhirat lainnya. Nada bbm hpku sudah berbunyi beberapa kali dan aku sudah menebak pasti ini Rama yang sudah otw. Tebaanku kali ini ternyata benar. Aku bergegas merapikan sajadah, menata Kasur, bantal, guling selimut, dan juga buku-buku yang berserakan sisa membaca semalam yang acak-acakannya melebihi kota Nagasaki dan Hiroshima setelah dijatuhi Bom Atom.
    Kontras suasana pagi ini nampaknya sangat sempurna, bunga-bunga meneteskan embun-embun yang terlihat bermalas-malasan untuk jatuh ke tanah, beberapa burung nampak asik bermain kejar-kejaran sambil bernyanyi merdu dari ranting satu ke ranting yang lainnya, terlihat juga beberapa orang tua  yang umurnya hampir menyentuh satu abad berjalan-jalan sambil bercengkerama dengan manusia seumurannya tanpa aku tahu apa yang beliau-beliau gosipkan, mungkin mereka sedang membahas bagaimana dulu mereka saat harus berjuang mati-matian melawan Belanda hanya bermodalkan nasionalisme, semangat, juga keajaiban doa. Entahlah. Aku terhentak oleh panggilan Rama yang tiba-tiba muncul dari belakangku yang sudah aku tunggu di pinggir jalan komplek. Sebelum memulai jogging pagi ini Aku dan Rama  membuat komitmen untuk memantapkan niat 100% hanya untuk berjogging ria dan dilarang foto-foto apalagi ngintip paha cewek-cewek komplek yang sudah pasti rame kalau hari minggu begini.
    Sekitar 200 meter kami mulai berlari dari arah berlawanan ternyata ada Satriya teman seperjuanganku saat di table tenis club yang juga lari pagi. Tanpa pikir panjang aku dan Rama langsung memelankan langkah untuk menyapanya dan mengajaknya memutar haluan. Satriya dengan rendah hati akhirnya memutar haluannya untuk ikut lari pagi bersama-sama. Sepanjang Jalanan yang sudah terlewat kami ngobrol ngalor-ngalor ngidol nggak penting, mulai dari ngomongin gebetan masing-masing, bagaimana menghadapi guru killer, sampai tukar menukar informasi situs video yang bisa bikin keringetan. I hope you know my purpose dude. Sampailah kami di topik Lomba 17an yang diadakan oleh papanya Rama nanti siang. Rama dan Yoyok adalah panitia pelaksana lomba 17an yang diadakan oleh Papanya Rama di Desa Srobyong yang hanya berjarak beberapa meter dari komplek kami. Kali ini pembicaraan hanya milik mereka berdua, membahas tentang persiapan, ngomongin keseruan dan juga merencanakan strategi pelemparan plastik air untuk menghambat laju pemanjat pinang di acara puncak nanti.
     Aku tidak kehilangan ide sama sekali, aku tiba-tiba nimbrung dan memotong pembicaraan asik mereka dengan menawarkan diri sebagai photographer di acara lomba 17an itu. Mereka bertatapan sebentar sambil berlari kecil sedangkan aku juga mengimbangi lari kecil di belakang sambil menunggu jawaban mereka. Senyum lebar dari keduanya nampaknya akan membawa angin segar pagi ini. Akirnya satriya angkat bicara “Kenapa kamu nggak ikut jadi panitia aja..bantuin kita yang masih kurang banyak persiapan..toh nanti kalo kamu jadi fotografer, kan nggak ada yang marahi…SELAIN PANITIA DAN PESERTA DILARANG MASUKKK!!!!..”. Mulut ini tanpa ada perintah langsung ngomong “iya” aja sambil senyum-senyum sendiri nggak jelas.
    Setelah dianggap sebagai panitia amatir aku langsung menyiapkan kamera serta aksesorisnya untuk menjadi Photographer dan Journalis asal-asalan. Sesuai intruksi dari Mas Andik sebagai ketua panitia, jam 07.00 WIB semua panitia harus kumpul di lap. Bola voli Desa Srobyong untuk menyelesaikan semua persiapan serta mendirikan pinang yang dipenuhi banyak hadiah. Pukul 07.30 WIB pendaftaran lomba-lomba khas 17an mulai dibuka. Panitia menyediakan empat macam lomba untuk anak dan satu lomba inti untuk orang dewasa yaitu panjat pinang
    Teriak kegembiraan dari anak-anak yang berlari menuju meja pendaftaran menambah ramai acara ini, ibu-ibu yang sedari tadi terlihat menyapu halaman rumah sekarang sudah berdiri disamping meja pendaftaran untuk mendaftarkan anak-anaknya. Kalian tahulah bagaimana anak-anak kalau disuruh antri, pastilah mereka akan saling mengeyel untuk segera dicatat namanya. Mas Andik nampaknya mulai geram dengan kelakuan anak-anak yang tidak mau antri mengambil tindakan dengan membariskan semua calon peserta lomba 17an. “SIAP GERAK..LENCANG DEPAN GERAK…TEGAK GERAK…ISTIRAHAT DITEMPAT GERAK..”.Mas Andik sedikit berteriak. Bima sebagai salah satu panitia mulai membantu Mas Andik dengan mendata peserta dari ujung depan sampai ujung belakang barisan.
    Empat macam lomba anak-anak adalah :
1.       OLIMPIADE MAKAN KRUPUK .
2.       OLIMPIADE PUKUL AIR .
3.       OLIMPIADE NYANTOLIN TOPI.
4.       OLIMPIADE MENGISI AIR KE DALAM BOTOL.
    Semua peserta akhirnya sudah didata dan olimpiade 17an siap dibuka. Lagu Indonesia Raya mulai dikumandangkan di tengah lapangan bola voli dengan iringan instrument yang syahdu. Jiwa nasionalismeku mulai merasuk kedalam tubuh ini berbarengan dengan angin dingin yang menusuk tulang. HIDUPLAH INDONESIAAAAA RAYYAAAAAA…….. Dengan berakhirnya lirik terakhir lagu kebangsaan Indonesia maka acara ini resmi di bukaaaaa…..
    Lomba pertama adalah olimpiade makan krupuk yang diikuti anak-anak mulai umur 3 tahun sampai 10 tahun. Sekar nama salah satu peserta yang aku amati dari tadi karena tingkah lucunya, ia menjulurkan lidahnya sampai mengait krupuknya, ia tahan sebentar krupuknya dengan lidah dan bibirnya, lalu dibuka lebar mulutnya dan dengan sangat cepat ia memakan hampir seperempat kerupuknya. Nice way girl. Dia terus mengulang cara yang sama dan hanya butuh empat kali mengait krupuk dan membuka lebar mulutnya ia berhasil menuntaskan permainan ini. Matahari nampak mulai meninggi menambah panas persaingan di olimpiade makan krupuk ini. Setelah babak penyisihan yang sangat ketat keluarlah tiga peserta terkuat untuk bertarung di babak final. Mereka adalah Sekar, Ani dan Aziz. Sekar kali ini mendapat saingan yang sama kuat tapi ia masih menjadi calon terkuat untuk keluar sebagai pemenang. “PRIIIITTTTTTT……” Peluit telah dibunyikan, tiga anak-anak tangguh ini beradu tekhnik dan kecepatan makan krupuk. Sekar yang menggunakan tekhnik menjepit seperti di babak penyisihan nampaknya tersaingi dengan tekhnik baru dari Ani  yang lebih efisien dan sedikit curang. Ani yang berpostur paling tinggi itu menggunakan tekhnik menggoyang-goyang kerupuknya agar lawan sulit mengait kerupuknya.




     Ibu-ibu meneriaki Ani dengan kata-kata yang penuh emosi. “curang, curang, curang, woy panitia curang itu namanya” teriak salah ibu dari bangku penonton. Ani nampaknya sangat cuek, karena ia tahu panitia membebaskan semua tekhnik kecuali memegangi kerupuk dan tali pengaitnya. Aziz yang memiliki postur paling pendek dan tidak punya tekhnik mumpuni nampaknya hanya akan menjadi kambing hitam di partai grand final ini. Teriakan ibu-ibu rempong semakin memuncak setelah panitia menyuruhnya mundur dari garis steril penonton. Bukannya amarah ibu-ibu mereda, mereka tambah menjadi saat memaki-maki panitia yang menurutnya tidak becus mengurusi lomba karena membiarkan adanya kecurangan. Aku yang di tugasi Mas Andik untuk menenangkan para ibu-ibu ini malah ketawa sendiri melihat tingkah mereka yang mengigatkanku pada ibuku dirumah. Cewek selalu benar, orang tua nggak boleh dilawan. Lengkap sudah penderitaan sebagai panitia yang bertugas menenangkan ibu-ibu yang sedang mengeluarkan cakra merahnya dan sebentar lagi kyubi muncul dari dari dalam tubuhnya. Mas Andik akhirnya turun tangan untuk menenangkan ibu-ibu rempong ini. Setelah beberapa saat nampaknya ketegangan mulai mereda dan ibu-ibu kelihatan lelah sendiri. Aku kembali mengawasi lomba setelah membantu Mas Andik menenangkan ibu-ibu rempong tadi, aku merasa hanya sebentar saja meningalkan lomba, tapi ternyata tiga kerupuk itu sudah tinggal di fininishing dan habis. Hanya perlu beberapa detik. Sekar dengan sangat lihai menghabiskan krupuknya dan keluar sebagai pemenang disusul Ani yang hanya terpaut beberap millisecond dari Sekar dan seperti yang aku duga Aziz menyudahi permaianan ini di posisi tiga.

     Lomba keduapun sudah aku persiapkan dengan teman-temanku yaitu olimpiade pukul air. Kali ini aku ditugasi benar-benar hanya sebagai photographer dan tidak boleh membantu yang lain. Its so fun. Aku selama olimpiade pukul air berlangsung hanya menunggu momen-momen terbaik untuk diabadikan di sebuah frame kamera. Lomba akhirnya dimenangkan oleh Dito, tegar di runner up dan sela di posisi ke tiga.



    Hari semakin siang dan semakin panas. Para penonton nampaknya tidak sabar untuk menyaksikan acara puncaknya yaitu panjat pinang. Dua lomba olimpiade selanjutnya berjalan dengan cepat dan para pemenang sudah ditemukan. Kumandang Adzan terdengar sayu-sayu dari Masjid Jami’ Baiturrohman, menandakan Tuhan memanggil kami untuk menghadap ke pangkuannya. Istirahat siang ini aku harus manfaatkan dengan baik.




    Pukul 13.00 acara puncak segera dimulai, para penonton semakin banyak dan mendekat melingkari area panjat pinang. Di acara puncak ini Pak Imam sendirilah yang akan membuka acara. Dengan hitungan mundur mulai dari “3…2….1…mulai”. empat pemanjat yaitu Kang Solekan, Kang Sidiq, Kang Supani, Kang Pri, tidak terburu-buru untuk menaiki pinang, namapaknya mereka sedang menyusun rencanalicik untuk menyelesaikan pinang siang itu. Aksi keempat hero itu dimulai. Sidiq yang badannya paling gempal berotot berada di paling bawah, Kang Solekan mencoba menaiki Sidiq dan ternyata dia melakukan tekhnik membersihkan olinya terlebih dulu. Smart guy. Kang Supani segera menyusul dengan membawakan tanah yang sedari tadi ia keruk. Tanpa di perintah, Kang Solekan langsung mengambil plastik yang didalamntya sudah tersedia tanah untuk membersihkan oli pinang.
    Satu jam berlalu begitu cepat dan para pemanjat sudah berhsasil setengah jalan, itu artinya tim pelempar bola air untuk segera bertugas menjatuhkan para pemanjat. Kang Solekan disini menjadi tokoh utama karena semangat 45 dan pantang menyerah. Sudah setengah jalan menuju puncak pinang, tiba-tiba bola air menghujam ke tubuh Kang Solekan secara bertubi-tubi dan akhirnya menjatuhkannya. Sekeras apapun mereka mencoba menaklukan sang pinang sekeras itu juga usaha sang pelempar bola air menjatuhkan para pejuang pinang. 45 menit berlalu tanpa ada hasil dari sang pemanjat, akhirnya Kang Supani sudah sangat lelah dan hampir menyerah, ide cemerlang Kang Supani Akhirnya muncul, dia dan teman-temannya tidak memanjat dulu, mereka membuat strategi untuk menangkap para pelempar bola air dan melumurinya dengan lumpur ke mukanya. Saling kejar mengejar antara sang pemanjat dan sang pelempar terjadi, sang pelempar yang takut kotor terus berlari ke kebun untuk menghindari ganasnya sang pemanjat. Pelarian yang sangat seru membuat penonton kegirangan seperti melihat adegan film aksi. Akhirnya sang pelempar tertangkap semua dan mengibarkan bendera kuning perdamaian.
    Pemanjatan pinang kembali dilakukan, Kang Solekan lagi-lagi dengan penuh semangat membersihkan oli yang yang tersisa di pinang, hanya butuh beberapa menit saja nampaknya permainan ini akan selesai. Pelemparan Bola air nampaknya belum sepenuhnya berakhir, Faizin sang pelempar menghianati perjanjian damai. Tiba-tiba ia dengan penuh emosi dan sekuat tenaga melepar bola air dan BLAKKKK… tepat mengenai kepala Kang Solekan. Kaki Kang Solekan bergetar hebat, nampaknya dia kelelahan dan segera terjatuh. Benar saja, Kang Solekan sudah menyatakan meyerah dan akhirnya turun karena ia sangat kelelahan di atas pinang. Kang Supani tambah geram ketika perjanjian damai dilanggar Faizin sang pelempar, Kang Sidiq akhirnya ikut membantu Kang Supani untuk menang Faizin. Tak butuh waktu lama akhirnya Faizin tertangkap dan dihajar oleh Kang Supani. Wajah Faizin yang didekap Kang Supani menjadi sangat kotor dan buruk rupa ditambah lagi bau badan Kang Supani akibat keringat dicampur lumpur menambah lengkap penderitaan Faizin sebagai pelanggar perdamaian.




    Kang Pri yang dari tadi diam tidak ikut memanjat dan mengejar ternyata adalah sebuah strategi untuk menyimpan tenaga dan bertugas sebagai eksekutor terakhir pinang yang tingginya kurang lebih 15 meteran ini. Oli yang tersisa sedikit di pucuk pinang, para pelempar yang menyatakan damai adalah jalan tol bagi ke empat pemanjat. Kang Pri dengan tenaga masih penuh mulai beraksi menaklukan pinang sialan katanya. Hanya butuh 10 menit dia berhasil mengakhiri perjuangan panjang teman-temannya. Mengibarkan bendera merah putih dipucuk pinang dan berteriak MERDEKA….!!!!!!! Menandakan perjuangan pajang telah selesai. Tepuk tangan penonton dari sekeliling area panjat pinang terdengar riuh dan menggelora. Anak-anak mulai mendekat untuk menunggu lemparan hadiah Kang Pri yang sedang sibuk memilih-milih hadiah di pucuk pinang. Sarimi mulai dilempar disusul sebungkus kopi dan beberapa hadiah lainnya disambut dengan teriakan kebahagiaan anak-anak yang saling berebut hadiah. Siang itu di lapangan bola voli Desa Srobyong seperti ada demo besar-besaran.
    Kala matahari menenggelamkan dirinya dan petang mulai datang menjemput. Aku pulang dalam keadaan kusut dan terlihat sangat buruk. Melihat-lihat hasil foto-foto journalis yang aku dapatkan bisa jadi obat penawar yang manis. Semoga dengan adanya lomba-lomba di kemapungku bisa membahagiakan anak-anak sekitar dan menumbuhkan jiwa nasionalisme yang menurutku sudah mulai luntur.

Azwar, 17 Tahun
   
   

    

0 komentar:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net