Tuesday, July 5, 2016

Pawai “GEMA TAKBIR HARI RAYA IDUL FITRI 1437 H”

“Dentuman tongtek yang dilantunkan anak-anak kampung menyemarakan Takbir Keliling malam ini, diimbangi dengan letusan kembang api yang mengagetkan juga meng-enakan pandangan mata serta ALLAHUAKBAR yang terus berkumandang membuat relung hati ini menjadi tersentuh dan bersyukur kita bisa berjumpa dengan malam kemenangan 1437 Hijriyah”


      IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) salah satu organisasi yang bergerak dibidang agama dan social berisi sekumpulan remaja yang masih peduli dengan rusaknya moral pemuda penerus bangsa ini, kegiatan yang bermacam dan positif sedikit banyak mengurangi populasi pemabuk di desaku yang terus menggeliat pertumbuhannya. Memasuki awal Ramadhan 1437 Hijriyah atau 2016 tepatnya Irmas tidak banyak melakukan kegiatan karena ada sedang ada percecokan antar pengurus.
    Tidak terasa kala itu Ramadhan segera pergi menjauh dan meninggalkan kita untuk kembali satu tahun lagi, dan tradisi di kampungku yang terletak di Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, desa Srobyong tepatnya, entah asal-usul nama desa itu darimana aku juga nggak tahu adalah TAKBIR KELILING atau aku menyebutnya mirip pawai dan ajang pamer kreativitas antar remaja masjid dan mushola dalam membuat Karya unik seputar idul fitri yang nantinya akan di arak keliling kampung. Dengan intrupsi dari Pembina dan juga ketua Irmas kami segera seluruh anggota untuk memulai bergotong royong membuat sesuatu yang akan dipamerkan di malam Pawai Takbir Keliling, demi menjaga gengsi karena aku remaja masjid Jami’ harus benar-benar menjadi panutan dari masjid dan mushola lain, namun semua ekspetaksiku yang nantinya akan gotong royong dalam membuat miniature masjid sirna sudah setelah project berjalan selama dua hari, hanya janji yang diberikan teman-temanku akan membantu dan realitanya nol besar. Aku dan Muhaimin ketua Irmas segera memutar rencana dan membatalkan project miniature masjid dengan alasan kekurangan personil, waktu, dan juga dana tentunya.
     Jadilah kami hanya membuat gubuk kecil dan menaikan mimbar bekas untuk takbir keliling malam itu, sungguh pemuda tanpa kreativitas yang tidak patut dicontoh. Pergilah kami rombongan Masjid Jami’ Baiturrohman ke medan pertempuran dengan senjata seadanya. Sesampainya di titik kumpul, seketika itu aku langsung merasa minder dan tidak pernah berharap lagi jadi juara masjid atau mushola terkreatif, tertawa kecil dan menundukan kepala juga bertanya dalam hati “Kenapa masjid dan mushola lain bisa membuat karya miniature yang bagus dan unik pastilah pemudanya kompak dan kreatif nggak kayak di masjidku”. Sambutan dari petinggi desa sebelum melepas takbir keliling malam itu membuat hatiku sedikit tentram dan asa mulai tampak lagi ketika beliau berucap “Bukan miniature masjid mana yang paling bagus tapi gema takbir yang menggemalah tujuan dari diselenggarakannya acara ini”.
     ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR sepanjang jalan memutari desa hanya lantunan itu yang kudengar, benar yang dikatakan pak petinggi sebelumnya menggemakan takbir adalah tujuan utama acara ini, akhirnya aku bisa merasakan syahdunya gema takbir yang terus menggema di relung hatiku yang rindu akan kebersamaan umat muslim seperti malam ini.
    Macet adalah masalah klasik dalam takbir keliling dikampungku entah itu dari panitianya yang kurang koordinasi atau dari peserta dan warga yang nggak tertib, setelah berkeling kampung dengan gema takbir sepanjang jalan akhirnya Takbir Keliling finish di Masjid Jami’ Baiturrohman Srobyong atau didaerah kekuasaanku. Penguman siapa yang menjadi masjid mushola terkretaif segera dibacakan dan aku dan teman-teman irmas menunggu pengumuman tanpa beban karena kami merasa kalah sebelum bertanding. Juara harapan 3 sampai juara umum telah dibacakan namun tidak ada satupun teriakan kemenangan dari sudut kami yang menunggu di pojok pelataran masjid. Tidak ada rasa kecewa yang Nampak dari wajah-wajah kami karena kami sadar proses tidak akan pernah menghianati hasil.









    “Masjid Jami’ Baiturrohman ..perwakilan silahkan maju kedepan untuk mengambil hadiah hiburan” hanya kalimat itu yang terdengar dari sudut kehormatan, dengan gagah aku maju mengambil hadiah hiburan bagai seorang yang juara pertama dengan sorakan penghinaan di belakangku, teman-teman sudah berkumpul dan menanti apa yang ada didalam bungkus coklat yang kubawa ini. Semuanya menghitung “1..2..3..bukaaa” tanpa pikir panjang dan banyak omong tangan-tangan kecil dan kotor saling berebut mie instan yang ternayata itu hadiah hiburan takbir keliling malam itu, tawa lebar dan saling berebut mie instan dengan riang membuat hatiku tersayat karena selama ini aku hanya mementingkan egoisku tanpa memikirkan kebahagiaan orang lain di sekelilingku. Malam itu memberiku pelajaran bahwa kebahagian tidak harus dikota dengan gadget canggih tapi hanya cukup kita ketawa tanpa rekayasa dengan orang disekitar kita.


Azwar, 16 tahun
Pelajar Gagal 

0 komentar:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net