Jepara,
5 Maret 2017. Cerah berawan dan agak-agak sedikit mendung kayak hubungan kita,
iya kita, kamu dan aku. Seperti biasa setiap weekend kebiasan yang aku lakukan
adalah Refreshing Produktif. Weekend minggu ini aku habiskan waktu untuk
melatih adik-adik PMR yang akan ikut Jumbara Mei mendatang, siangya aku
sempatkan mengunjungi pameran UMKM kreatif se-Jepara di Gedung Haji sebelah
terminal.
Pameran
UMKM kreatif yang diselenggarakan oleh komunitas film C6 art ini bertujuan
untuk memfasilitasi pelaku usaha kreatif untuk unjuk gigi. Ada banyak stand
dengan brand yang menarik di dalamnya, juga ada pembicara kelas nasional yaitu
sutradara kondang Indonesia Hanung Bramantyo. Pada kesempatan ini Mas Hanung
mempromosikan film Kartini ke Masyarakat Jepara yang sejatinya sudah paham
siapa Kartini. Ada point penting dalam talkshonya Mas Hanung. Sebenarnya
shoting film Kartini tidak di Jogja melainkan asli di Jepara. Negosiasi yang
dilakukan Mas Hanung dan Pemda Jepara untuk membuat replika Rumah Kartini yang
akan digunakan Shoting menemui jalan buntu. Padahal kalau Pemda menyanggupi
pembuatan replika Rumah Kartini, Mas Hanung akan membawa pemain besar dari
Jakarta untuk shoting di Jepara. Dian Sastro dan Reza Hardian. Dengan follower
Dian Sastro yang sudah mencapai 3 juta lebih, sekali saja Dia memposing foto
sedang ada di Jepara, maka 3 juta pasang mata akan tahu indahnya Jepara. Itu
adalah promosi pariwisata berantai yang luar biasa. Tapi kenyataannya Pemda
gagal menyanggupinya.
Di
pameran kreatif UMKM juga diadakan Lomba Festival Film Doukumenter Jepara
dengan mengangkat tema “Industri Kreatif”. Aku sebagai Film Maker amatiran
mencoba meramaikan ajang satu tahunan ini dengan mengirim satu film untuk
bersaing di FFDJ. Aku menggandeng komunitas film SMA N 1 Mlonggo untuk mencoba
mengangkat ukir bambu yang baru saja dirintis di Desa Suwawal Timur, Jepara. Selama
satu minggu menjalani proses kreatif yang cukup melelahkan karna harus
beriringan dengan ujian praktik sekolah. Mulai dari perancangan ide, survey
lapangan yang menghabiskan tenaga juga bensin, dan hal seru lainnya. Semua itu
adalah pengorbanan.
Prinsipku
dalam membuat film adalah edukatif. Jadi sebisa mungkin aku menggali hal-hal
yang sekiranya bisa membuka wawasan dalam proses kreatifnya. Di desa Suwawal
timur ini aku benar-benar mendapatkannya. Saat aku bertemu dengan Pak Samsur
(kamituwo Desa) beliau mengungkapkan banyak permasalahan warganya daripada
menjelaskan industri kreatif ukir bambu saat di wawancarai. Masalah
pengangguran, pendidikan, sengketa tanah, Penyalahgunaan Dana Desa dan segudang
permasalahan lainnya. Maka atas dasar banyaknya permasalahan di Desa, Pak
Samsur mencetuskan usaha kreatif Ukir Bambu dengan tujuan utama mensejahterakan
warganya. Dengan adanya industri ini maka warga akan mendapatkan penghasilan tambahan
atau mungkin mata pencaharian utama. Setelah dapur sudah mengepul dengan
otomatis warga akan terbuka pikiranya untuk bersama-sama membangun desa. Good
Logic.
Dari
awal konsep filmku ini akan mengangkat bagaimana proses pembuatan ukir bambu
sampai strategi pemasarannya, tapi setelah aku njagong ngalor ngidol dengan Pak Samsur, aku segera mengubah ide
cerita filmku ini. Sebenarnya ide utama film ini adalah Satriya dari komunitas
film SMA N 1 Mlonggo. Aku mencoba
memasukan banyak permasalahan klasik warga desa daripada proses kreatif
pembuatan ukir bambu. Dalam proses kreatif membuat film aku harus benar-benar mengikuti
jalan hati dan menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Dan disini aku
ingin menyampaikan dan sedikit protes dengan kesenjangan sosial di desa. Dan
aku nggak peduli kalau nantinya filmku ini kalah, yang terpenting aku meraskan
kepuasan dalam proses kreatifnya. Tak disangka bagai ketiban durian runtuh,
film yang berjudul “Bambu Impian Tuk Songo” ini berhasil menyabet penghargaan
sebagai film dengan “Ide Cerita Terbaik” mengalahkan banyak pesaing se-Kab
Jepara entah itu umum atau Pelajar. Alhamdulillah ya sesuatu.
Sebenarnya
semua yang berpartisipasi dalam FFDJ adalah pemenang dalam proses kreatifnya
masing-masing. Karena sulit sekali menemukan sineas muda berbakat di Jepara.
Dengan ajang ini perfilman Jepara bisa diukur kualitasnya dan dari ajang ini
juga silaturahmi antar sineas pelajar juga umum mulai rekat. Semoga kedepannya
Jepara terus eksis di kancah perfilman nasional dengan event-event yang lebih
besar juga berkualitas. Amin
Azwar,
17 Tahun
Calon
Petinggi
0 komentar:
Post a Comment