Monday, March 6, 2017

Dapat Nominasi “Ide Cerita Terbaik” di Festival Film Dokumenter Jepara #2



Jepara, 5 Maret 2017. Cerah berawan dan agak-agak sedikit mendung kayak hubungan kita, iya kita, kamu dan aku. Seperti biasa setiap weekend kebiasan yang aku lakukan adalah Refreshing Produktif. Weekend minggu ini aku habiskan waktu untuk melatih adik-adik PMR yang akan ikut Jumbara Mei mendatang, siangya aku sempatkan mengunjungi pameran UMKM kreatif se-Jepara di Gedung Haji sebelah terminal.

Pameran UMKM kreatif yang diselenggarakan oleh komunitas film C6 art ini bertujuan untuk memfasilitasi pelaku usaha kreatif untuk unjuk gigi. Ada banyak stand dengan brand yang menarik di dalamnya, juga ada pembicara kelas nasional yaitu sutradara kondang Indonesia Hanung Bramantyo. Pada kesempatan ini Mas Hanung mempromosikan film Kartini ke Masyarakat Jepara yang sejatinya sudah paham siapa Kartini. Ada point penting dalam talkshonya Mas Hanung. Sebenarnya shoting film Kartini tidak di Jogja melainkan asli di Jepara. Negosiasi yang dilakukan Mas Hanung dan Pemda Jepara untuk membuat replika Rumah Kartini yang akan digunakan Shoting menemui jalan buntu. Padahal kalau Pemda menyanggupi pembuatan replika Rumah Kartini, Mas Hanung akan membawa pemain besar dari Jakarta untuk shoting di Jepara. Dian Sastro dan Reza Hardian. Dengan follower Dian Sastro yang sudah mencapai 3 juta lebih, sekali saja Dia memposing foto sedang ada di Jepara, maka 3 juta pasang mata akan tahu indahnya Jepara. Itu adalah promosi pariwisata berantai yang luar biasa. Tapi kenyataannya Pemda gagal menyanggupinya.







Di pameran kreatif UMKM juga diadakan Lomba Festival Film Doukumenter Jepara dengan mengangkat tema “Industri Kreatif”. Aku sebagai Film Maker amatiran mencoba meramaikan ajang satu tahunan ini dengan mengirim satu film untuk bersaing di FFDJ. Aku menggandeng komunitas film SMA N 1 Mlonggo untuk mencoba mengangkat ukir bambu yang baru saja dirintis di Desa Suwawal Timur, Jepara. Selama satu minggu menjalani proses kreatif yang cukup melelahkan karna harus beriringan dengan ujian praktik sekolah. Mulai dari perancangan ide, survey lapangan yang menghabiskan tenaga juga bensin, dan hal seru lainnya. Semua itu adalah pengorbanan.

Prinsipku dalam membuat film adalah edukatif. Jadi sebisa mungkin aku menggali hal-hal yang sekiranya bisa membuka wawasan dalam proses kreatifnya. Di desa Suwawal timur ini aku benar-benar mendapatkannya. Saat aku bertemu dengan Pak Samsur (kamituwo Desa) beliau mengungkapkan banyak permasalahan warganya daripada menjelaskan industri kreatif ukir bambu saat di wawancarai. Masalah pengangguran, pendidikan, sengketa tanah, Penyalahgunaan Dana Desa dan segudang permasalahan lainnya. Maka atas dasar banyaknya permasalahan di Desa, Pak Samsur mencetuskan usaha kreatif Ukir Bambu dengan tujuan utama mensejahterakan warganya. Dengan adanya industri ini maka warga akan mendapatkan penghasilan tambahan atau mungkin mata pencaharian utama. Setelah dapur sudah mengepul dengan otomatis warga akan terbuka pikiranya untuk bersama-sama membangun desa. Good Logic.

Dari awal konsep filmku ini akan mengangkat bagaimana proses pembuatan ukir bambu sampai strategi pemasarannya, tapi setelah aku njagong ngalor ngidol dengan Pak Samsur, aku segera mengubah ide cerita filmku ini. Sebenarnya ide utama film ini adalah Satriya dari komunitas film SMA N 1 Mlonggo.  Aku mencoba memasukan banyak permasalahan klasik warga desa daripada proses kreatif pembuatan ukir bambu. Dalam proses kreatif membuat film aku harus benar-benar mengikuti jalan hati dan menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Dan disini aku ingin menyampaikan dan sedikit protes dengan kesenjangan sosial di desa. Dan aku nggak peduli kalau nantinya filmku ini kalah, yang terpenting aku meraskan kepuasan dalam proses kreatifnya. Tak disangka bagai ketiban durian runtuh, film yang berjudul “Bambu Impian Tuk Songo” ini berhasil menyabet penghargaan sebagai film dengan “Ide Cerita Terbaik” mengalahkan banyak pesaing se-Kab Jepara entah itu umum atau Pelajar. Alhamdulillah ya sesuatu.


Sebenarnya semua yang berpartisipasi dalam FFDJ adalah pemenang dalam proses kreatifnya masing-masing. Karena sulit sekali menemukan sineas muda berbakat di Jepara. Dengan ajang ini perfilman Jepara bisa diukur kualitasnya dan dari ajang ini juga silaturahmi antar sineas pelajar juga umum mulai rekat. Semoga kedepannya Jepara terus eksis di kancah perfilman nasional dengan event-event yang lebih besar juga berkualitas. Amin

Azwar, 17 Tahun

Calon Petinggi

0 komentar:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net