Pernah
suatu ketika di majelis Sholawat seorang ustadz memberikan tausiyah panjang
lebar bab nasab kanjeng nabi. Mulai dari Nur Nabi Muhammad yang sudah tercipta di
zamannya Nabi Adam hingga keturunan nabi Muhammad saat ini yang disebut Habib. Tiba-tiba
salah satu jamaah bertanya “Pak Ustadz, apa
bener kita tidak boleh membeci habib ?, padahal kelakuan si Habib ini Astagfirullah
sekali”. Pak Ustadz yang bijaksana nyengir “Yang seharusnya di benci itu bukan
Habibnya kang, tapi “kelakuannya” si Habib. Sama saja saat panjenengan makan
nasi “mambu”, sejatinya panjengan kan cinta nasi, tapi kalau nasinya “mambu”?
mesti panjenengan tidak mau makan”. Jamaah hendak ber-ohh sambil mangut-mangut sok
paham karena harus menghormati jawaban Pak Ustadz.
Negara tercinta Indonesia
yang harus kita banggakan bersama-sama kali ini sedang menghadapi Kristal (Krisis Bantal). Krisis yang
satu ini lebih bahaya dari Krismon
tahun 98’. Menjelang malam ketika TV aku hidupkan yang pertama kali nongol
adalah berita tentang. “Jokowi resmikan design mata uang terbaru hari ini”.
seketika Tv langsung aku matikan karena gambar pahlawannya nggak berhijab dan
membuka aurat. Takut syahwat soalnya. “tinggg” ada pemberitahuan dari Facebook
kalau beberapa teman hari ini berulang tahun. Daripada syahwatku muncul lagi
aku coba menyibukan diri dengan melihat trending topic Netizen. Nggak jauh-jauh
dari Tv, semuanya membahas design baru mata uang Indonesia. Dan krisis bantal akhirnya terjadi.
“Ternyata design baru malah
banyak Pahlawan Kafir”. 1
“Seharusnya dia berhijab”. 2
“Wahhh ini Konspirasi”. 3
“ini akal-akalan kaum *sensor”.4
Inilah yang disebut Krisis Bantal. Mereka yang selalu sibuk
dengan urusan Kafir menkafirkan lupa kalau malam ini adalah jamnya istirahat,
sudah bukan jam kerja lagi. Mereka juga lupa kalau setiap malam ada bantal yang
selalu rindu tuannya beristirahat dengan tenang dan damai. Sampai pernah suatu
hari bantal ini curhat di akun media sosialnya “Tuanku, kau sudah beli aku
mahal sekali dari supermarket termegah, lalu kenapa engkau tidak menugaskanku
memberimu kenyamanan dalam beristirahat, kenapa engkau terlihat agamis didepan
banyak orang tapi selalu gelisah di depanku ?”. Tuannya yang sedang Online ikut
ngomen. “Dasar kamu kafir bantal, nuduh orang sembarangan”.
Negara tercinta Indonesia
yang harus kita banggakan bersama-sama juga sedang berjuang melawan pemetik
bunga illegal. Ketika Bunga Negeri sedang giat-giatnya di pupuk tanpa pestisida
oleh petani-petani kampung. Datanglah segerombolan orang yang gagah berani
banyak nyali yang sudah di duiti dan ngakunya paling suci. Mereka berkata
dengan lantang “Hayyyy petani-petani kampung.
Bunga Negeri yang mekar nan indah ini serahkan pada kami !!!”.sengaja
pake tanda seru biar ceritanya seru. “Apa urusanmu”. Petani menimpali dengan
berani. “Kami ingin berkuasa dan memberdayakan mafia investor kami. sekali
lagi, kami benar-benar mengancam, akan mengerahkan semua orang goblok pengikut
kami untuk memetik Bunga Negeri yang sedang mekar-mekarnya”. Petani kurus kampungan akhirnya maju di depan barisan
petani lainnya. “Bunga Negeri yang mekar ini adalah milik kita bersama dan
bukan milik golongan serakah. Hendaknya kita saling menjaga dan merawat Bunga
Negeri bukan malah saling senggol untuk
menguasai. Sosok yang arif adalah mereka yang menyelesaikan masalah tanpa
masalah seperti Pegadaian. Tidak berteriak-teriak menebar api kemarahan yang
memancing perpecahan. Sudahlah saudara saya tahu kalian hanya disuruh pak bos
kok. Tapi yooo, kamu kan juga rakyat thoo masak kamu mau metik Bunga Negeri
yang khasiatnya bisa buat orang gila. Sudah ya saudara-saudara mari kita
kembali kerumah masing-masing untuk istirahat dan menugaskan bantal kita.
Sekian pidato saya wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuuuhh”.
Azwar, 17 Tahun
0 komentar:
Post a Comment