Ada
tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh
cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya
5 kali setiap detik, 300 kali dalam satu menit, 18000 kali dalam setiap jam,
dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, berharap-harap cemas,
gemetar, malu-malu menyatakan perasannya.
Tere Liye seperti biasa
setiap novelnya pasti mencungkil hal-hal yang tidak terlalu diperhatikan oleh
kebanyakan orang, sebuah kisah dari Pulau Kalimantan tepatnya Kota Pontianak
dan tepatnya lagi di sepanjang sungai Kapuas. Namanya Borno ia dijuluki
masyarakat sebagai remaja yang hatinya paling lurus sepanjang tepian Kapuas. Borno
tidak seperti remaja lainnya yang berpikiran pendek, yang penting dapat kerja
dan bisa makan. Ia memikirkan jauh masa depannya untuk sebuah kehidupan yang
lebih baik dan sejahtera
Ketika ia masih berumuran
anak-anak kejadian yang amat memilukan terjadi. Ayahnya sakit parah dan harus
dibawa ke rumah sakit, selang beberapa jam di lorong rumah sakit, Borno melihat
dada ayahnya di belah oleh dekter. Ayah Borno meninggal dunia. Saat menginjak
dewasa Borno menjadi pengemudi sepit (alat transportasi sungai Kapuas) seperti
warga lainya. Suatu ketika ia bertemu dengan gadis sendu menawan yang sangat
membuat ia penasaran. Berhari-hari gadis itu selalu menaiki sepit Borno. Di
suatu siang saat Borno selesai mengantar gadis sendu menawan itu ke tujuannya
ia menemukan sebuah angpau merah tergeletak di bawah tempat duduk sang gadis
sendu menawan tadi. Borno ingin seklai mengembalikan angpau merah itu dan
menayakan siapa namanya. Semua penasaran Borno akhirnya terjawab, ternyata
gadis itu hanya membagikan angpau berisi uang untuk semua warga pinggiran
Kapuas.
Borno memutuskan menyimpan
angpau merah itu dilemari sebagai kenangan dari sang gadis sendu menawan itu. Borno
memutuskan untuk bertanya siapa nama gadis sendu meawannya. Namanya Mei. Hari-hari
Borno semakin berwarna semenjak perkenalannya dengan gadis sendu menawan yang
setiap hari berangkat ke tempat kerja naik sepitnya Borno.
Tiba-tiba Mei menghilang dan
menitip pesan kepada Borno agar ia tidak akan pernah mencarinya lagi. Borno
tidak lantas menyetujui permintaan Mei. Borno selalu menayakan kenapa Mei harus
pergi tiba-tiba dan kenapa Borno harus dilarang bertanya dia hendak pergi
kemana.
Mei
pergi ke Surabaya. Borno mendapat informasi dari bibinya Mei. Tanpa banyak
bertanya Borno langsung terbang ke Surabaya untuk menenmui Mei. Setibanya Borno
di Surabaya ia langsung menuju kediamana Mei setelah mendapat alamat rumah Mei
dari bibi. Mei ternyata mennyimpan rahasia yang amat sangat besar. Ada banyak
jawaban kenapa Mei harus pergi dan Borno dilarang berharap ia kembali. Dan
semua Jawaban itu tersimpan di Angpau merah yang ternyata senga Mei tinggalkan
di Sepit Borno.